Selasa, 20 Maret 2012

Pengendalian hama terpadu secara mekanis


LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN  HAMA PENYAKIT TERPADU
Pengendalian hama terpadu secara mekanis

200px-Unib
DISUSUN OLEH :
PETRUS SIMATUPANG
E1J009094




LABORATORIUM PROTEKSI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS  BENGKULU
2011

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.
Untuk meningkatkan hasil pertanian yang lebih banyak, banyak cara yang dapat dilakukan diantaranya  dengan cara ekstensifikasi pertanian dan intensifikasi pertanian. Tapi dalam hal hal berbudidaya tanamn pertanian  banyak kendala yang dihadapi oleh petani. Baik itu  dalam bibit, penanaman sampai pemanenan. Diantara kendalaa itu adalah hama dan penyakit.  Hama dan penyakit tanaman menyerang dan merusak usaha budidaya tanaman sehingga mengakibatkan berkurangnya kualitas dan kuantitas hasil yang diperoleh. Dengan demikian, perkembangan dunia pertanian tidak pernah lepas dari masalah pengendalian hama dan penyakit tanaman. Dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman diharapkan mampu mendapatkan hasil produksi yang optimal dari tanaman yang dibudidayakan. Apapun dilakukan oleh petani untuk mengendalikan hama dan penyakit yang ada pada tanamanya itu.
Pengendalian yang sering dilakukan petani untuk mengendalikan hama dan penyakit adalah pengendalian secara kimia/w yaitu dengan pestisida kimia. Petani lebih memilih ini dalam pengendalian OPT (organisme  Penganggu Tanaman)  tanpa mempertimbangkan efesiensi dan bahaya akibat penggunaan pestisida. Padahal ada yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit. Misalnya dengan menggunakan Musuh alami ,sanitasi, pengendalian secara mekanis dan lainnya.


B.     Tujuan praktikum
1.      Dapat melakukan teknik sampling dengan cara pembuatan perangkap
2.      Dapat menerapkan pengendalian hama dan penyakit secara mekanis di lapangan.
3.      Dapat Mengidentifikasi hama  yang ada pada perangkap.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip dasarnya dari pembuatan perangkap hama  adalah menjebak hama menggunakan pemikat tertentu. Lalat buah Bactrocera sp jantan akan mengikuti bau hormon betinanya sehingga diciptakan senyawa yang baunya mirip hormon lalat buah betina. Beberapa jenis kutu tertarik pada warna kuning mencolok sehingga dibuat jebakan dari kertas atau plastik kuning yang diluluri lem. Ngengat dan serangga nokturnal—aktif di malam hari—tertarik pada nyala api atau lampu, makanya dibuatkan perangkap obor dan lampu.
Jenis-jenis perangkap:
1. Perangkap kuning
Jebakan ini didasari sifat serangga yang menyukai warna kuning mencolok. Musababnya warna itu mirip warna kelopak bunga yang sedang mekar sempurna. Permukaannya dilumuri lem sehingga serangga yang hinggap bakal lengket sampai ajal menjemputnya. Perangkap kuning ampuh memikat hama golongan aphid, kutu, dan tungau. Itu juga dijadikan indikator
populasi hama di sekitarnya. Saat jumlah hama yang tertangkap perangkap melebihi ambang yang ditentukan, misalnya 50 individu kutu putih/hari, maka saat itu perlu dilakukan penanggulangan serius dengan pestisida kimia maupun biologis. Umumnya perangkap berbentuk lembaran triplek, fiber, atau karton tebal berukuran 15 x 15 cm2 dan dilumuri vaselin, oli, atau minyak jelantah dengan kepadatan 60—100 perangkap/ha.

2. Lampu
Serangga nokturnal menjadikan cahaya dominan di suatu tempat sebagai panduan utama. Mereka akan terbang mendekat begitu melihat cahaya, baik berasal dari lampu maupun nyala api. Di tempat terang itu mereka bertemu lawan jenis lalu kawin untuk meneruskan generasinya. Sebelum ada penerangan buatan manusia, cahaya terang itu hanya berasal dari bulan. Saat terang bulan, serangga keluar dan beramai-ramai kawin. Hasilnya, populasi serangga meningkat ketika bulan memasuki bulan mati, yaitu periode 5—10 hari sesudah purnama. Hama dari golongan serangga di kebun pun mempunyai sifat yang sama. Makanya pekebun membuat perangkap lampu. Serangga bakal terbang mengitarinya sampai akhirnya jatuh atau masuk jebakan berupa air atau lem yang diletakkan di bawah lampu. Perangkap ini bisa mengendalikan hama dari golongan aphid, kupu, ngengat, atau kumbang. Sebanyak 10—20 perangkap/ ha diletakkan 25—40 cm lebih tinggi daripada tanaman.

3. Feromon
Jebakan itu dibuat dengan memanfaatkan kebutuhan komunikasi serangga pengganggu tanaman. Komunikasi itu dilakukan dengan hormon bernama feromon. Itu berguna untuk menunjukkan adanya makanan, memikat pejantan, menandai jejak, membatasi wilayah teritorial, atau memisahkan kelas pekerja, tentara, dan ratu. Yang sekarang banyak digunakan adalah feromon untuk menarik pasangan.
Zat yang baunya mirip feromon betina—disebut bahan atraktan—dipasang pada perangkap yang ditempatkan di kebun. Serangga jantan akan tertarik an masuk ke perangkap yang sudah diberi air atau lem. Makhluk sial yang tertipu itu pun menemui ajalnya. Sejak 2 tahun terakhir perangkap itu populer digunakan untuk memerangi lalat buah yang menjadi momok di perkebunan buah-buahan skala sedang sampai luas. Atraktan yang paling banyak dipakai
adalah metil eugenol. Lahan 1 ha cukup dipasangi 8—10 perangkap lantaran aroma tajamnya bisa
Salah satu masalah dalam membudidayakan tanaman khususnya sayuran dan hortikultura baik di lahan tadah hujan/irigasi, lahan kering, lahan rawa pasang surut maupun rawa lebak adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yaitu serangan hama dan penyakit. Di lahan pasang surut ditemukan beberapa jenis hama potensial pada tanaman sayuran seperti hama perusak daun (ulat grayak, ulat jengkal, ulat pengorok daun serata hama perusak buah yaitu lalat buah).   Hama lalat buah merupakan hama penting pada tanaman hortikultura dan dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies tanaman buah dan sayur-sayuran di daerah tropis dan subtropis (Haramoto dan Bess 1970, Alyoklin et al. 2000, Bateman 1972, Hasyim et al. 2006 dan 2008). Lalat buah meletakkan telurnya dengan menusukkan ovipositor ke dalam buah, kemudian larva menetas dan berkembang di dalam buah. Kerusakan yang diakibatkan hama ini menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan, sehingga produksi, baik kualitas maupun kuantitasnya menurun. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh serangan hama lalat buah bervariasi antara 30-100% bergantung pada kondisi lingkungan dan kerentanan jenis buah yang diserangnya (Gupta dan Verma 1978, Dhillon et al. 2005a, 2005b, dan 2005c).
Hama lalat buah menggunakan sejumlah isyarat visual (visual cues) ataupun isyarat kimia (chemical cues) untuk menemukan inangnya. Kesesuaian isyarat visual maupun kimia menentukan ketertarikan lalat buah terhadap inangnya.
Menurut Thamrin et.al (2002), melaporkan bahwa ditemukan beberapa jenis hama sayuran seperti pada tanaman sawi adalah ulat grayak (Spodoptera litura), ulat plutela (Plutela xylostella), penggerek pucuk (Crocidolomia binotlid) pada tanaman timun adalah kutu daun (Aphid gossypii), lalat buah (Dacus cucurbitae), ulat buah (Diaphania indica). Pada tanaman paria adalah kutu daun (Aphid sp.), tungau (Trips sp.), lalat buah (Dacus sp), kumbang daun (Aulocophora similes), ulat grayak (Spodoptera sp), ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites) dan lalat buah (Dacus sp). Tingkat kerusakan dari hama utama tersebut cukup bervariasi antara 10- 25%. Pada MH. 2002/2003 telah terjadi ledakan hama (Diaphania indica), pada tanaman paria ulat pemakan daging buah dilahan rawa pasang surut dengan tingkat kerusakan dapat mencapai 80-10 %.
Semut rangrang (Oecophylla smaragdina F), memiliki sifat morfologik sebagai pemangsa,keberadaan rangrang sebagai pemangsa juga tampak apabila rangrang bertemu dengan ulat pemakan daun.Hasil pengamatan intensitas kerusakan akibat lalat buah pada paria, yang diberi perlakuan semut rangrang dimana intensitas kerusakan relatif jauh lebih rendah dibandingkan tanpa perlakuan. Tanaman paria yang diberi semut rangrang intensitas kerusakan berkisar antara 1-2% Hal ini dikarenakan rangrang sangat aktif mencari mangsa terutama dari lalat buah berupa telur yang diletakkan pada paria tersebut. Telur-telur tersebut tidak sempat menetas untuk menjadi larva, karena diambil semua untuk dimakan dan sebagian dibawa kedalam sarang sebagai makanan anak-anaknya. Pengamatan secara visual dimana imago lalat buah yang hinggap pada tanaman paria tersebut selalu dihadang oleh rangrang dan diserbu beramai-ramai, sehingga dapat menghindari dari peletakkan telur oleh imago lalat buah. Disamping itu, semut rangrang ersebut kalau menggigit kebiasaannya selalu mengeluarkan cairan yang berbau langu. Hal ini diduga pula bahwa cairan berbau tersebut yang dikeluarkan oleh rangrang dapat mempengaruhi/mengusir lalat buah. Semut rangrang yang bersarang pada tanaman jambu juga menunjukkan sifat predasi yang nyata.
Fenomena ini terjadi pada jambu, yang buahnya diserang lalat buah. Larva lalat buah yang sedang keluar untuk berkepompong sudah dihadang semut rangrang. Begitu bagian depan telah muncul dan digigit, larva segera ditarik keluar dan dikeroyok oleh 5-8 ekor rangrang yang menggigit dengan posisi melingkar, sehingga larva lalat buah tidak berkutik (Soeprapto,. 1999).


BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan tempat
Praktikum dilaksanakan di Medan Baru, Bengkulu   pada 27 november 2011. Jam 10.00 WIB
B.     Bahan dan Alat

·         Kertas karton
·         Kertas manila warna  hijau , dan orange,
·         Lem
·         Bambu kecil panjang 30 cm
·         Aqua Cup  plastik = 2 buah
·         Sabun colek
·         Gunting
·         plastik

C.    Cara kerja
Pembuatan perangkap warna
1.      Potong kertas karton dan manila berukuran  20 cm x 30 cm.
2.      Lengketkan kertas manila  pada kertas karbon. Kemudian sebarkan lem pada kertas warna. Lalu tancapkan kayu bambu kecil pada kertas karton sebagai tiang.
3.      Tancapkan  tiang perangkap tersebut  pada tiap petakan. Biarkan sampai beberapa hari.
Perangkap lubang
1.      Isi air pada aqua cup tersebut sebanyak 2/3 bagiannya dan campurkan sedikit sabun colek.
2.      Gali lobang seukuran aqua gelas tersebut. Kemudian masukkan gelas aqua cuap yang sudah berisi air.  Dan datar kan tanah disekitar  lobang tersebut.
3.      Buat naungan  plastik pada perangkap lobang tersebut.
Beberapa hari kemudian , ambil semua perangkap. Amati hama yang ada pada tiap perangkap. Hitung jenis, dan banyak populasi tiap hama pada  tiap jenis perangkap.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    HASIL









1.      Perangkap lubang
a.       Lubang 1 :
-            jangkrik = 5 ekor
-            lalat = 2 ekor
-            belalang  = 1 ekor
-            semut = 1
b. lubang 2:
-            jangkrik = 2 ekor
-            belalang  = 1 ekor
-            semut = 1
hama yang mendominasi poda perangkap lubang = jangkrik
hama lain =  lalat, belalang, semut,

2.      perangkap warna
Warna perangkap
Perangkap ke -
1 (ekor )
2 (ekor )
3 (ekor )
Hijau
Lalat = 10
Semut = 1
Hymenoptera = 5
Lalat = 16
Semut = 7
Nyamuk =1
Hymenoptera =2
Lalat = 9
Semut = 1
Hymenoptera =
Orange
Lalat = 4
Semut = 2
Hymenoptera =1
Coleoptera =1
Nyamuk =1
Lalat =  4
Semut = 2
Coleoptera =1
Hymenoptera = 1
Lalat = 10
Hymenoptera =1
Coleoptera = 3
Nyamuk = 3
Cokelat 
 Tidak ada ( perangkap rusak )

B.     Pembahasan
Pada setiap perangkap yang kami buat , ada beberapa hama yang paling mendominasi  pada tiap jenis perangkap. Pada perangkap lobang , hama yang mendominasi adalah jangkrik. Jangkrik merupakan organisme yang sering hidupnya ditanah. Hama ini kelihatannya menyukai air dibandingka hama yang lain, misalnya  belalang. Untuk itu ,maka perangkap lobang sangat cocok dibuat untuk mengendalikan hama yang  hidup dipermukaaan tanah.

Pada perangkap warna hijau dan orange , hama yang mendominasi adalah hama  lalat dan hymenoptera.  Hama lain adalah hymenoptera , maupun  coleoptera. Sedangkan perangkap warna cokelat, tidak ada karena perangkap rusak. Dari ketiga perangkap warna ini , perangkap yang paling banyak hamaya adalah  pada perangkap warna hijau. Berdasarkan data itu, dapat kita lihat bahwa  warna yang paling disukai oleh hama adalah warna kuning.
Maka untuk menerapakan  perengkap warna , warna yang paling cocok adalah warna hijau daripada warna  orange atau pun coklat. Untuk penerapan pengendalian hama secara mekanis ini. Hanya belaku untuk beberapa jenis hama saja. Dan ini paling efektif untuk mngendalikan hama lalat.

BAB V
KESIMPULAN

·         Untuk mengendalikan hama yang ada sering ada dipermukaan tanah adalah(jangkrik)  perangkat lobang.
·         Perangkap warna yang paling disukai oleh hama serangga adalah warna hijau daripada warna  orange maupun cokelat. Maka perangkap yang paling efektif digunakan adalah perangkap warna hijau.

DAFTAR PUSTAKA
Haramoto, F.H. and H.A. Bess. 1970. Recent Studies on the Abundance of the Oriental and Mediterranean Fruit Flies and the Status of Their Parasite. Hawai. Entomol. Soc. 20:551-556.

Gupta J.N., and A.N. Verma. 1978. Screening of Different Cucurbit Crops for the Attack of the Melon Fruit Fly, Dacus cucurbitae Coq. (Diptera: Tephritidae). Haryana J. Hortic. Sci. 7:78-82.
Soptrapto, M. 1999. Asosiasi Rangrang Oecophylia smaragdina (F) (Hymenoptera : Formicidae) dengan Serangga lain. Dalam Syarif, H., Sadeli, N., Enton Santosa, Sumeno, Delon S., Tohidin., Sudarjat, Bey Permadi, M.Suhunan, S., Nenet Susniahti dan Elly Rosmaria. Pengelolaan Serangga secara Berkelanjutan. Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Symposium Entomologi. Bandung 24-26 Juni 1997.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar