bahan kuliah agroekoteknologi
Selasa, 20 Maret 2012
LAPORAN PHPT
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN
HAMA PENYAKIT
TERPADU
“Teknik SAMpling
Dan Tingkat Luka Ekonomi (TLE) Serta Pengendalian Hama Terpadu Pada
Tanaman Kedelai”
DISUSUN OLEH :
1.
BELLY LAMOR R :
E1J009019
2.
DOLI JANTER HIKSON : E1J009059
3.
HIMNY NUR R : E1J009070
4.
PETRUS
SIMATUPANG : E1J009094
5.
SUPRIYADI : E1J009166
LABORATORIUM PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kedelai
adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak
makanan dari Asia Timur
seperti kecap,
tahu,
dan tempe.
Berdasarkan peninggalan arkeologi,
tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.
Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara
oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara
kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan
sumber utama protein
nabati dan minyak
nabati dunia.
Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat
meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia
setelah 1910. Kedelai itu sudah lama dikenal di Indonesia terlihat dari begitu
bervariasinya sebutan kedelai, seperti: sojaboom, soja, soja bohne, soybean,
kedele, kacang ramang, kacang bulu, kacang gimbol, retak mejong, kaceng bulu,
kacang jepun, dekenana, demekun, dele, kadele, kadang jepun, lebui bawak,
lawui, sarupapa tiak, dole, kadule, puwe mon, kacang kuning (aceh) dan gadelei.
Kebutuhan
produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk
dan bahan pangan yang tersedia pun harus mencukupi kebutuhan masyarakat. Produk
hortikultura memiliki peranan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Kedelai (Glycine max) merupakan salah satu komoditas yang memegang
peranan penting dan mendapat proiritas untuk dikembangkan dan mempunyai potensi
dalam diversifikasi pangan.
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber
gizi protein
nabati
utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Kedelai
merupakan bahan baku makanan yang bergizi seperti tahu dan tempe. Hampir semua
lapisan masyarakat menyukai makanan yang
terbuat dari kedelai. Kedelai merupakan komoditas yang sangat strategis dan
memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat dan perekonomian Indonesia.
Tahu, tempe, kecap, dan tauco sebagai produk pangan olahan yang berbahan baku
kedelai selalu dihadirkan di meja makan hampir di seluruh rumah tangga
Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Bagi petani, tanaman ini
penting untuk menambah pendapatan karena
dapat segera dijual dan harganya tinggi. Ini terjadi karena kebutuhan
Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli
tanaman tropis
sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Cina.
Pemuliaan
serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat
fotosensitif
kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang
mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi
Indonesia.
Kedelai merupakan tumbuhan
serbaguna. Karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen
bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga
tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau
dan pakan
ternak.
Tanaman ini dapat diusahakan di lahan pasang surut.
Hasilnya cukup memadai, namun cara mengusahakannya berbeda daripada di lahan
sawah irigasi dan lahan kering. Tanaman ini tidak tahan genangan. Oleh sebab
itu, tidak dianjurkan menanam kedelai di
lahan pasang surut yang bertipe luapan air A yang selalu terluapi baik saat
pasang besar maupun pasang kecil. Tanaman kedelai ingin hasil yang
memuaskan serta biji yang berkualitas. Hama
dan penyakit tanaman kedelai bagi petani harus diperhatikan. Banyak
hasil panen yang tidak sesuai dengan harapan petani kedelai .
hal ini disebabkan kurangnya informasi hama dan penyakit tanaman kedelai. Perlindungan
Tanaman :
·
Hasil kedelai akan
menurun apabila terserang hama dan penyakit.
·
Hama yang sering
menyerang tanaman kedelai di lahan pasang surut antara lain lalat bibit,
penggerek polong, dan penghisap polong.
·
Jenis penyakit yang
sering merusak tanaman kedelai yaitu karat daun.
·
Salah satu cara untuk
mencegah serangan hama dan penyakit
kedelai adalah menggunakan obat-obatan.
1.2
Tujuan
Tujuan pelaksanaan pratikum akhir
ini adalah :
1.
Mengamati hama yang ada pada tanaman kedelai serta
menentukan Musuh alami.
2.
Menentukan tingkat
populasi
3.
Menentukan tingkat
kerusakan yang disebabkan oleh hama kedelai
4.
Menentukan Tingkat
Luka Ekonomi (TLE)
5.
Menentukan cara
pengendalian hama yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kedelai dikenal dengan beberapa nama
botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948
telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah,
yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai
sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species
: Glycine max (L.) Merill
Kedelai merupakan bahan baku makanan yang bergizi
seperti tahu dan tempe. Hampir semua lapisan masyarakat menyukai makanan yang
terbuat dari kedelai. Bagi petani, tanaman ini penting untuk menambah
pendapatan karena dapat segera dijual dan harganya tinggi (Widodo. 2001)
Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan
panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai
kupu-kupu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang
diberinama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam,
antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai.
Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku
yang lebih tinggi. Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari
yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang
pembentukan bunga(Fachruddin,2000).
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air
yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedele dapat tumbuh baik pada
tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang
subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi
pupuk organik dan pengapuran. Kedelai dapat tumbuh subur pada : curah hujan
optimal 100-200 mm/bulan. Temperatur 25-27 derajat Celcius dengan penyinaran
penuh minimal 10 jam/hari. Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan
ketinggian optimal sekitar 600m. Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan
berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil
kedelai.( Plantus, B. 2008)
Keanekaragaman
dan budidaya.
Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak
dua spesies:
Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak
putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max
merupakan tanaman
asli daerah Asia
subtropik seperti RRC
dan Jepang
selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia
tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke
Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia. Beberapa kultivar kedelai putih
budidaya di Indonesia, di antaranya adalah 'Ringgit', 'Orba', 'Lokon',
'Darros', dan 'Wilis'. "Edamame" adalah sejenis kedelai berbiji besar
berwarna hijau yang belum lama dikenal di Indonesia dan berasal
dari Jepang.
Kedelai dibudidayakan di lahan
sawah
maupun lahan kering
(ladang). Penanaman biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan,
setelah panen
padi.
Pengerjaan tanah biasanya minimal. Biji dimasukkan langsung pada lubang-lubang
yang dibuat. Biasanya berjarak 20-30cm. Pemupukan dasar nitrogen
dan fosfat
diperlukan, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen tidak memberikan
keuntungan apa pun. Lahan
yang belum pernah ditanami kedelai dianjurkan diberi "starter" bakteri pengikat
nitrogen Bradyrhizobium japonicum
untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penugalan tanah dilakukan pada saat tanaman
remaja (fase vegetatif awal), sekaligus sebagai pembersihan dari gulma
dan tahap pemupukan fosfat kedua. Menjelang berbunga pemupukan kalium dianjurkan walaupun banyak petani
yang mengabaikan untuk menghemat biaya.
Kedelai merupakan
tanaman dikotil semusim dengan percabangan sedikit,
sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah
penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah.
Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek
dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa
siap berbunga
panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah
tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga.
Biji. Biji kedelai berkeping dua, terbungkus
kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma. Embrio terletak di antara
keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum)
adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai
umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.
Kecambah. Biji kedelai yang kering
akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong
epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian
batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna
bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil
hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).
Perakaran. Tanaman kedelai mempunyai
akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping
(horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar
akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air.
Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120
cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air
maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut
berupa koloni dari bakteri pengikat
nitrogen Bradyrhizobium japonicum
yang bersimbiosis secara mutualis dengan
kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk
sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen
langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat
digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi
nitrat
(NO3).
Batang. Kedelai berbatang memiliki
tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar
tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe
pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak
terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate).
Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan
meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan
batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe
tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan
tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang
lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik
antara kedua tipe lainnya.
Bunga. Bunga kedelai termasuk bunga
sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan
terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang
alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau
putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi
penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.
Buah. Buah kedelai berbentuk polong.
Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan
berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong
yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.
Daun. Pada buku (nodus)
pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal.
Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan
tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga
mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan
berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas
atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun
menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.
Produksi dan perdagangan di Indonesia
konsumsi kedelai di Indonesia mencapai 2,2 juta tons per
tahun; dari jumlah itu sekitar 1,6 juta tons harus diimpor..
Produksi kedelai di Indonesia.
|
|||||||
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
|
Jumlah Produksi di Indonesia (ton)
|
723 483
|
808 353
|
747 611
|
592 634
|
776 491
|
603 531
|
-
|
Produk olahan dari kedelai
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber
gizi protein
nabati utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan
kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih.
Kedelai putih bukan asli tanaman tropis
sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Cina.
Pemuliaan
serta domestikasi belum berhasil
sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif
kedelai putih. Di
sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang mendapat perhatian
dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia.
Kedelai
merupakan tumbuhan serbaguna. Karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen
bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga
tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau
dan pakan
ternak. Pemanfaatan
utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta
beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin.
Olahan biji dapat dibuat menjadi banyak macam olahan.
Masalah
utama yang dihadapi petani dalam budidaya kedelai adalah gangguan hama dan
penyakit serta ketidakseimbangan hara. Beberapa serangan hama dan penyakit,
sering kali menampilkan keragaan yang serupa tapi tak sama dengan
ketidakseimbangan hara. Hama adalah organisme
yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia.
Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini
paling sering dipakai hanya kepada hewan.
Dalam pertanian, hama adalah organisme
pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya
praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Kedelai
merupakan komoditas yang sangat strategis dan memegang peranan penting bagi
kehidupan masyarakat dan perekonomian Indonesia. Tahu, tempe, kecap, dan tauco
sebagai produk pangan olahan yang berbahan baku kedelai selalu dihadirkan di
meja makan hampir di seluruh rumah tangga Indonesia, baik di pedesaan maupun di
perkotaan. Gonjang-ganjing harga kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe pada
awal tahun 2008 menyebabkan harga kedelai di tingkat pengrajin mencapai Rp.
7.500,- per kg. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh para petani untuk
menanam kedelai. Agar mendapatkan hasil yang maksimal, sebaiknya petani perlu
memahami tentang pengendalian hama dan penyakit utama tanaman kedelai. Tanaman
kedelai ingin hasil yang
memuaskan serta biji yang berkualitas. Hama
dan penyakit tanaman kedelai bagi petani harus diperhatikan. Banyak
hasil panen yang tidak melimpah gara2 kurangnya informasi hama dan penyakit
tanaman kedelai.
Berikut
hama-hama yang terdapat pada tanaman kedelai :
1. Aphis spp. (Aphis glycine). Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang
bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soybean Mosaik
Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong.
Gejala : layu, pertumbuhannya terhambat.
2. Melano Agromyza phaseoli. Ukuran kecil sekali (1,5 mm) Lalat bertelur pada leher akar, larva
masuk ke dalam batang memakan isi batang, kemudian menjadi lalat dan bertelur.
Lebih berbahaya bagi kedelai yang ditanam di ladang.
3. Kumbang daun tembukur (Phaedonia
inclusa). Bertubuh kecil, hitam bergaris
kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala : larva dan kumbang memakan daun,
bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman.
4. Cantalan (Epilachana soyae). Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan
daun dan merusak bunga.
5. Ulat polong (Etiela zinchenella). Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah,
setelah menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda.
Gejala : pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian
luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.
6. Kepala polong (Riptortus linearis). Gejala : polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
7.
Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli). Menyerang
tanaman muda yang baru tumbuh.
8. Kepik hijau (Nezara viridula). Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah
6 hari telur menetas menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam bintik
putih. Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong,
memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1
sampai 6 bulan. Gejala : polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian
dalam atau kulit polong berbintik coklat.
9. Ulat grayak (Prodenia litura). Serangan: mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu
berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan
daun. Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir. Gejala : kerusakan pada daun,
ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain.
Berikut penyakit-penyakit pada tanaman kedelai :
1. Penyakit layu bakteri (Pseudomonas
solanacearum). Penyakit ini menyerang pangkal
batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui
tanah dan irigasi. Gejala: layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan
jarak tanam rapat.
2. Penyakit layu (Jamur tanah :
Sclerotium rolfsii). Penyakit ini menyerang
tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.
Gejala: daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan
irigasi.
3. Penyakit lapu (Witches Broom: Virus). Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui
singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat. Gejala: bunga, buah dan daun
mengecil.
4. Penyakit anthracnose (Cendawan
Colletotrichum glycine Mori). Penyakit ini
menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan dengan perantaraan
biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika cuaca cukup lembab.
Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling
rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong
tua menjadi kerdil dan akhirnya gugur.
5. Penyaklit karat (Cendawan Phachyrizi
phakospora). Penyakit ini menyerang daun.
Penularan dengan perantaraan angin yang menerbangkan dan menyebarkan spora.
Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat.
6. Penyakit bercak daun bakteri
(Xanthomonas phaseoli). Penyakit ini menyerang
daun. Gejala: permukaan daun bercak-bercak menembus ke bawah.
7. Penyakit busuk batang (Cendawan
Phytium sp.). Penyakit ini menyerang batang.
Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala: batang menguning
kecokllat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati.
8. Virus mosaik (virus). Penyakit ini menyerang Yang diserang daun dan tunas. Penularan
vektor penyebar virus ini adalah Aphis glycine (sejenis kutu daun). Gejala:
perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil.
Pengelolaan hama penyakit terpadu di bangun
dari enam komponen dasar, yang salah
satu isinya merupakan pemantauan teratur (monitoring). Monitoring diartikan
sebagai proses mengamati, mengukur atau menghitung variabel yang diperlukan
dalam pengembangan dan penggunaan peramalan untuk memprediksi ledakan atau lonjakan
keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya
hendak diteliti (Populasi). Monitoring dilakukan dengan menggunakan prosedur
sampling.
Proses
mengamati hama dibutuhkan untuk peramalan hama. Peningkatan kapan waktu pengendalian
yang tepat, misalnya : penyemprotan insektisida berdasarkan kerusakan populasi
hama. Peramalan yang lebih kompleks dengan pemberian prediksi kecenderungan
populasi atau luas serangan di masa yang akan datang. Untuk bisa meramal
diperlukan Pengamatan (monitoring) populasi dan kerusakan yang diakibatnya pada
luas suatu serangan hama di suatu lokasi atau wilayah. Proses mengamati penyakit adalah
kegiatan penghitungan dan pengumpulan informasi tentang keadaaan populasi atau
tingkat serangan penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada waktu dan
tempat tertentu. pengamatan penyakit pada tumbuhan menjadi penting karena
dengan mengetahui serta melakukan kegiatan ini maka kita dapat mengetahui
penyakit yang menyerang, mengetahui perkembangan penyakitnya, pola
penyebarannya, besarnya kerusakan yang ditimbulkan serta dapat memprediksi
kapan terjadinya serangan. Keberhasilan dalam mengendalian penyakit sangat
dipengaruhi oleh teknik pengamatan yang digunakan. Teknik pengamatan yang
digunakan bermacam-macam tergantung dari jenis tanaman yang ingin diamati. Akan
tetapi yang terpenting adalah pengamatan harus dilakukan secara periodik dan
berkala pada lokasi yang sama.
Monitoring
atau pemantauan teratur dilakukan dengan menggunakan prosedur sampling. Informasi
yang di dapat harus valid, harus mutlak dibutuhkan karena kesalahan dalam melakukan pengamatan
maka akan berakibat buruk. Pengambilan sampel atau
contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti.
Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah
sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik
populasi. Teknik pengambilan sample atau teknik sampling adalah teknik
pengambilan sampel dari populasi. Sampel tersebut diteliti dan hasil penelitian
(kesimpulan) kemudian dikenakan pada
populasi (generalisasi).
Teknik sampling dilakukan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Sebelum melakukan sampling harus
mengetahui siklus hidup, biologi, perilaku dan aktifitas musiman dan harian.
Syarat-syarat teknik sampling yaitu Teknik sampling boleh dilakukan bila
populasi bersifat homogen atau memiliki karakteristik yang sama atau
setidak-tidaknya hampir sama. Bila
keadaan populasi bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat
tidak representatif atau tidak dapat menggambarkan karakteristik populasi.
Adapun manfaat sampling yaitu
menghemat biaya penelitian, menghemat waktu untuk penelitian, dapat
menghasilkan data yang lebih akurat dan memperluas ruang lingkup penelitian.
Metode
sampling yang digunakan atau dipilih juga menentukan keberhasilan dalam
pengmatan. Secara umum metode sampling dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar
yaitu:
1.
Random sample (probability
sampling). Sampel probabilitas atau disebut juga sampel acak adalah
sampel yang pengambilannya berlandaskan pada prinsip teori peluang, yakni
prinsip memberikan peluang yang sama kepada seluruh unit populasi untuk dipilih
sebagai sampel. Sampel probabilitas diambil dengan menggunakan teknik sampling
probabilitas atau teknik sampling random. Sampel probabilitas cenderung
memiliki tingkat representasi yang lebih tinggi daripada sampel
nonprobabilitas. Untuk pengamatan penyakit biasanya metode yang sering dipakai
adalah random sample (probability
sampling).
2.
Non random sample (nonprobability
sampling). Sampel nonprobabilitas atau sampel tak acak adalah sampel
yang pengambilannya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (bisa
pertimbangan penelitian maupun pertimbangan peneliti). Mengambil sampel nonprobabilitas
atau sampel nonrandom digunakan teknik sampling nonprobabilitas, yakni
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Dalam pengamatan penyakit maka ada
satu aspek lagi yang harus dan penting untuk diperhatikan yaitu adalah
penghitungan Intensitas Penyakit (IP). hal-hal yang perlu diketahui yaitu Jenis
penyakit, maksudnya disini adalah lebih terhadap pengenalan terhadap penyakit,
missal gejala, pathogen, dan penyebarannya. Jenis Petogen, maksudnya adalah
lebih kepada perkembangan dari pathogen tersebut serta karakter pathogen.
Teknik pengamatan yang digunakan dapat berupa pengamatan mutlak atau pengamatan
relative serta teknik pengamatan lainnya dan Skoring yang digunakan.
BAB III
METODELOGI PRATIKUM
3.1 Bahan dan Alat
Alat penangkap serangga, pisau pemotong bagian
tanaman yang bergejala, kantong kertas, lup, penggaris, timbangan, kantong
plastic transparan, botol plastic transparan.
3.2 Prosedur Pengamatan
:
1. Menentuka
titik pengamatan dengan model sebaran berbeda (random, diagonal, X, W). jarak
antar titik, ukuran petak dan jumlah unit petak pengamatan.
2. Melakukan
pengamatan populasi OPT pada petak pengamatan.
3.
Mengambil sampel OPT
dan gejala serangannya.
4. Menghitung jumlah
populasi hama per sampel
5.
Menghitung intensitas serangan hama
6.
Menghitung tingkat
Luka Ekonomi
7.
Menentukan cara
pengendaliannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.
1. Jenis OPT dan Musuh alami :
a. Sampel
1 :
·
Belalang = 3
·
Laba -laba =1
b. Sampel
2 :
·
Belalang = 3
·
Lalat = 2
·
Laba-laba= 3
·
Hymenoptera = 5
c. Sampel
3 :
·
Lalat = 3
·
Belalang = 2
·
Kepik =2
·
Ulat
jengkal = 2
d. Sampel
4 :
·
Lalat = 2
·
Belalang = 3
·
Laba-laba = 4
·
Kepik = 1
e. Sampel
5 :
·
Lalat =2
·
Belalang =2
·
Ulat jengkal =2
·
Semut =3
·
Hymenoptera =15
f. Sampel
6 :
·
Kepik =1
·
Lalat =1
·
Hymenoptera =2
·
Laba-laba =1
2. Populasi =jumlah populasi / total sampel = 53 / 6 =8,83 = 9 hama per sampel
3. Intesitas
kerusakan = total serangan / jumlah sampel x skor tertinggi ) x 100 %
= (13
/6 x 5) x 100 %
= 43 %
Nilai skala persentase skoring :
Skoring
0 = tidak ada serangan
Skoring
1 = 1-15 % serangan
Skoring
2 = 16- 30 % serangan
Skoring
3 = 30 – 45 % serangan
Skoring
4 = 45 – 60 % serangan
Skoring
5 = > 60 % serangan
Hasil Skoring :
·
Sampel 1 = 2
·
Sampel 2 = 3
·
Sampel 3 = 2
·
Sampel 4 = 2
·
Sampel 5 = 2
·
Sampel 6 = 2
4.
=
= 3650000 / 107500
= 24,65 = 25 ekor hama
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan Dimedan Baru pada
tanaman kedelai, umur tanaman kedelai yang
kami amati berumur 5 minggu HST (Hari Setelah Tanam). Pengamatan dilakukan pada
pagi hari sekitar jam 08:00 WIB. Terlebih dahulu kami melakukan penyamplingan
OPT , teknik sampling yang kami lakukan adalah bentuk S . satuan sampelnya
adalah petakan kedelai berukuran 2 m x
2,4 m. Jumlah sampel ada 6 sampel dari 18 petakan sampel. Setiap petakan
mempunyai 30 rumpun tanaman. Setelah itu
kami melakukan pengamatan hama pada tiap –tiap sampel. Cara mengamatinya dengan
cara menangkap Organisme pada tiap –tiap
sampel petakan dengan jaring . hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah hama kedelai dan musuh alami pada petakan itu.
Pada lahan tersebut, ada
Beberapa hama yang kami dapat yaitu, belalang ,lalat , ulat jengkal , kepik dan
hymenoptera. Hampir setiap petakan sampel semua hama ini ada. Musuh alami juga
ada ditemukan yaitu laba –laba dan semut.
Belalang, dan ulat jengkal, dapat merugikan para pembudidaya taanaman
kedelai tersebut karena dapat mengganggu
proses fotosintesis darai tanaman kedelai.
Berdasarkan data yang kami dapat diketahui bahwa populasi nya mencapai 9 ekor hama per sampel, jadi jika dihitung
jumlah hama yang ada pada semua
petakan dapat mencapai 162 hama.
Dari hasil perhitungan tingkat kerusakan
yang disebabkan oleh hama ini adalah
sebesar 43 %. Ini tentu bukan
persentase yang besar dan bukan juga persentase yang besar. Hal ini
dikarenakan sudah dilakukan pengendalian
secara kimia. Berdasarkan perhitungan Tingkat Luka Ekonomi nya didapat sebesar
25 ekor hama per sampel. Dari hasil ini,
tidak perlu dilakukan pengendalian secara kimia. Untuk menekan populasi hama supaya Tidak mencapai Tingkat
Luka Ekonomi, maka barang tentu perlu dilakukan
pengendalian. Pengendalian yang akan dilakukan tidak perlu secara Kimia Langsung, tapi dapat
dilakukan pengendalian yang lain yang
dapat digunakan secara mekanik,
Hayati dan alami.
Pengendalian hama kedelai dilakukan dengan sistem
pengendalian hama secara terpadu (PHT). Pada dasarnya, PHT bertujuan untuk: (1)
meningkatkan pendapatan petani, (2) memantapkan produktivitas tanaman, (3) mempertahankan
populasi hama untuk tetap berada pada taraf yang tidak merugikan, dan (4)
mempertahankan stabilitas ekosistem pertanian, (5) dan berguna untuk menjaga ekosistem
supaya tetap terjaga dan ini juga dapat menghindari kita daripada produk
pertanian yang banyak mengandung residu kimia yang tinggi. Untuk menerapkan pengendalian yang
aman bagi lingkukan , kita harus dapat
mengetahui BioEkologi dari
tiap hama yang ada supaya kita tahu mana
pengendalian yang cocok untuk
mengendalikan hama tersebut. (Pedigo and
Higley 1992).
Ada beberapa pengendalian hayati (non kimia )yang perlu dilakukan untuk
mengatasi hama kedelai yaitu :
1.
Sanitasi (pembersihan lahan )
Sanitasi
ini berguna mencegah dan mengurangi hama
pada tanaman kedelai.
2.
Penggunaan Musuh
Alami.
a. Djuwarso et al. (1992) melaporkan, ada lima jenis parasitoid larva
lalat kacang, yakni Cynipoide sp., Eurytoma poloni, Eurytoma sp.,
Trigonogastra agromyzae, dan Secodella sp. Di antara kelima jenis
itu, Eurytoma sp. dan E. poloni adalah yang dominan. Karena larva
lalat kacang berada di dalam jaringan tanaman yang sulit dimangsa musuh alami,
maka efektivitas kedua parasitoid yang dominan itu relatif rendah.
b. Ulat
jengkal menyerang tanaman sejak stadia vegetatif. Parasitoid larvanya yang
diketahui adalah Copidomopsis sp. dan Aphanteles sp. Dilaporkan, Borrelinavirus
chalcites dan Nomuraea rileyi termasuk patogen ulat jengkal.
Tingkat serangan patogen ini, khususnya B. chalcites, terhadap hama
dalam keadaan eksplosif cukup tinggi, dapat mencapai 80% (Soegiarto dan Baco
1992)
c. Ulat
grayak merusak tanaman kedelai sejak awal stadia vegetatif hingga menjelang
akhir pengisian polong. Menurut Arifin (1991), musuh alami ulat grayak yang
berupa predator adalah Paederus fuscipes, Lycosa pseudoannulata, Oxyopes
javanus, Phidippus sp., Solenopsis geminata, Euborelia stali, Agiocnemis
sp., Crucothemis sp., dan Sycanus annulicornis. Di antara
predator-predator tersebut, E. stali dan P. Fuscipes memiliki
kemampuan memangsa yang cukup tinggi, masing-masing 22 dan 14 ekor ulat instar
I-III per hari.
Masih banyak lagi Musuh alami yang dapat digunakan untuk
mengendalikan hama yang ada pada tanaman kedelai.
3.
Menggunakan perangkap warna.
a. Untuk mengendalikan hama lalat pada tanaman kedelai dapat
digunakan perangkap warna. Perangkap
warna yang cocok adalah berwarna
kuning. Lalat buah Ceratitis capitata (Wiedemann) lebih banyak
terperangkap pada perangkap berwarna kuning dibandingkan warna merah, hijau,
dan abu-abu Perangkap warna ini
bisa diolesi lem bening. Lebih baik lagi jika dipadukan dengan bau yang disukai
oleh lalat. Misal bau yang dikeluarkan
oleh buah maupun atraktan sintetik (paraferomon). (Prokopy
1968, 1972, dan 1975).
4.
Pengendalian hama serangga
dengan insectisida alami
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
·
Hama yang ada pada
tanaman kedelai yang kami amati yaitu
belalang, lalat, ulat jengkal, kepik dam
hymenoptera.
·
TLE ( Tingkat Luka
Ekonomi ) mencapai 24 ekor per sampel tanaman sedangkan populasi hama pada saat
itu mencapai 9 hama per sampel. . Tidak perlu penangan yang serius ( pengendalian
secara kimia) karena masih dibawah
ambang Luka Ekonomi.
·
Hal yang perlu
dilakukan supaya hama tetap dibawah Tingkat Luka Ekonomi ataupun Ambang ekonomi
adalah pengendalian dengan cara
sanitasi, penggunaan musuh Alami,
penggunaan Perangkap warna, serta penggunaan pestisida alami.
5.2 Saran
·
Perlu
pengamatan (monitoring ) secara berkala
supaya lebih jelas apa hama pada tanaman kedelai itu dan tahu ambang ekonomi serta pengendalian mana yang cocok untuk diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Fachruddin, Lisdiana, Ir.
2000. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Plantus, B. 2008. Budidaya
Tanaman Kedelai. http://anekaplanta.wordpress.com. Di
akses pada tanggal 10 desember 2011.
Penuntun praktikum, 2011. pengelolaan
hama penyakit terpadu. Laboratorium proteksi, Fakultas pertanian. UNIB.
Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Prokopy, R. J. 1968.
Visual Responses of Apple Maggot Flies, Rhagoletis pomonella (Diptera:
Tephritidae): Orchard Studies. Entomol. Exp. et Appl. 11:403-422.
Smith, R.F and J.L. Apple. 1978. Principles of Integrated Pest
Control. IRRI Mimeograph.
Untung,
K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama
Terpadu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Widodo. 2001. Klinik tanaman:
apa yang dapat kita lakukan? Makalah padaLokakarya Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, IPB, 17 – 18 April 2001, diakses tanggal
10 desember 2011
Langganan:
Postingan (Atom)